Monday, 17 June 2013

Ikut Membangun Masjid, Lelaki Amerika Ini Akhirnya Memeluk Islam



















Dari kota metro New York, Umar Abdul Aziz memilih pindah ke Abiquiu, sebuah 
kota kecil di New Mexico. Mencari pekerjaan, demikian niat awalnya pindah. Ia 
merupakan seorang pekerja konstruksi yang tergiur ikut serta pada projek 
pembangunan besar di Abiquiu. Ya, Umar melamar menjadi tukang bangunan 
masjid.

Tapi, siapa sangka kepindahannya ke Abiquiu merupakan pintu awal menuju 
hidayah. Bekerja membangun masjid bersama pekerja Muslim membuat Umar 
jatuh hati pada agama ini.

"Aku benar-benar menikmatinya. Itu adalah pengalaman yang indah," ujar 
Umar menggambarkan perasaannya saat menjadi bagian dari pembangunan 
masjid Abiquiu.

Kisah Umar memang berawal dari kesulitan hidup kerana menganggur. 
Ditambah lagi, ia harus menafkahi dua putranya yang saat itu masih berusia 
sembilan dan 10 tahun. Umar sempat pindah ke Santa Fe dan tinggal bersama 
adiknya di sana.

Tapi, di kota tersebut Umar tetap saja tak mendapat pekerjaan. Hingga pada 
suatu pagi, ia membaca sebuah artikel surat kabar mengenai yayasan yang 
berencana membangun masjid di Abiquiu. Dengan keahlian pertukangan yang 
ia miliki, ia pun bersemangat untuk mendaftar sebagai pekerja konstruksi di 
yayasan tersebut.

Keesokan hari, dengan semangat Umar menuju Abiquiu dengan mengendarai 
truk tua milik adiknya. Ia melamar kerja dan langsung diterima. Ia pun senang 
bukan kepalang, akhirnya pekerjaan yang ia impikan datang juga. Tak banyak 
membuang waktu, Umar segera mengemasi barang-barang dan pindah dari 
rumah adiknya menuju Abiquiu. Di kota kecil itu, dia dan putranya tinggal 
di sebuah kamp di belakang masjid. Banyak pekerja konstruksi masjid yang 
tinggal di sana.
Sejak saat itu, Umar pun bertetangga dengan beberapa Muslim. Sosialisasi 
yang menyenangkan dirasakan oleh Umar. Ia sering kali diajak masak,sarapan, 
dan jalan-jalan bersama. Setiap kali waktu Subuh tiba, para Muslimin telah terjaga. 
Umar pun terbiasa mengikuti ritme mereka. Saat bekerja membangun masjid pun 
mereka menjadi teman yang menyenangkan.

"Kami tinggal di perkemahan di belakang masjid dan kami tinggal sepanjang 
musim panas. Saat itu, kami amat sangat menikmati. Anak-anak saya benar-
benar menikmatinya dan itu adalah pengalaman yang indah," ujar Umar.
Itulah kali pertama ia tertarik pada Islam. Umar pun merasakan budaya yang 
beragam tak membuat teman-teman Muslimnya itu tak akur. Satu Tuhan dan 
satu agama membuat beragam etnis hidup rukun. "Aku bertemu banyak orang 
baik dari tim kerja yang tinggal di desa Abiquiu. Jadi, itu adalah tim yang amat 
beragam. Aku bertemu Muslim dari Amerika, Eropa, Turki, dan Arab yang ikut 
serta dalam proyek pembangunan masjid ini," kata Umar.
Saat mengerjakan proyek masjid, ia mendapat kesempatan untuk belajar teknik 
bangunan. Menurut Umar, masjid yang dibangun di Abuquiu itu merupakan masjid 
pertama di Amerika yang bahan bangunannya dari batako. Lengkungan kubah ala 
Mesir yang tak pernah dijumpai di Amerika diterapkan saat membuat masjid ter
sebut. Sebagai pencinta konstruksi, Umar pun merasakan kebahagiaan saat ikut 
membangunnya. "Banyak orang New Mexico yang datang kemari untuk belajar 
bangunan ala Mesir," tuturnya.
Alhasil, selama bekerja membangun masjid, hidupnya yang selama ini terlunta 
tiba-tiba menjadi hal yang menyenangkan. Ia sangat bahagia dapat bergabung 
bersama Muslimin. Bergaul dengan Muslimin membuatnya mengenal Islam. 
Sehingga, bukan hanya rezeki yang ia dapat setelah bekerja di sana, hidayah 
pun kemudian merasuki lubuk hati Umar. Ia mempelajari agama Islam, kemudian 
memantapkan diri di atas agama yang diridhai Allah. Ia pun memeluk Islam 
pada 1969.

0 comments:

My Paradise68 Archive

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More